Sabtu, 02 Januari 2021

Perusahaan Pembiayaan Tumbuh 7 Persen di Tahun 2021


Tekanan akibat pandemi Covid-19 belum dapat diprediksi kapan berakhirnya, tetapi industri pembiayaan masih membukukan pertumbuhan laba yang positif hingga per September 2020, dengan nilai Rp5 triliun. Sementara itu untuk 2021, Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) menargetkan pertumbuhan antara 5 persen hingga 7 persen.

Ketua APPI Suwandi Wiratno mengatakan, tahun 2020 ini merupakan tahun penuh tantangan bagi perusahaan pembiayaan. Tahun ini, portofolio industri pembiayaan turun 12,9 persen dan harapannya dapat naik 5 persen sampai 7 persen di tahun depan. Meski tahun depan diproyeksikan permintaan belum dapat kembali seperti sebelum pandemi, target ini sesuai dengan proyeksi penjualan Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo).

Suwandi menyampaikan pandangannya tersebut saat menjadi pembicara dalam webinar Insurance Outlook 2021: Prospek Pertumbuhan Ekonomi, Perbankan, Multifinance, Pasar Modal, dan Asuransi 2021 dengan subtema “Mengejar Pertumbuhan, Seiring dengan Optimisme Pengendalian Pandemi
Covid-19” yang diselenggarakan oleh Media Asuransi, 17 Desember 2020.


Dia menjelaskan, untuk kendaraan roda empat, optimisme tercermin dari target Gaikindo yang memproyeksi penjualan mobil bisa mencapai setidaknya 700.000 sampai 775.000 unit di tahun 2021. Penjualan mobil sebanyak 540.000 unit, turun dibandingkan proyeksi awal 1,05 juta unit. Sementara itu penjualan kendaraan roda dua versi Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI), akan tumbuh sekitar 11 persen pada 2021. Tepatnya dari proyeksi 3,6 juta sampai 3,9 juta unit di akhir tahun 2020, menjadi 4,9 juta sampai 5,1 juta unit pada 2021.

Dia pun mengakui tahun 2020 ini multifinance mengalami kontraksi sangat besar pertumbuhannya, yakni minus hingga mencapai lebih dari 15 persen per Oktober lalu. Pertumbuhan yang minus ini tentu perlu dicatat bahwa perusahaan pembiayaan sangat tergantung pada pendanaan dari perbankan. Karena lebih dari 70 persen pendanaan multifinance bersumber dari bank. Namun dengan kondisi saat ini, pinjaman dari perbankan terus mengalami penurunan, yang bisa diandalkan hanya dari pinjaman luar negeri. “Karena perbankan luar negeri masih mempunyai kepercayaan cukup besar kepada industri pembiayaan kita,” jelas Suwandi.

Hanya saja, lanjut Suwandi, kepercayaan dari bank luar negeri itu hanya kepada perusahaan pembiayaan yang memiliki ekuitas tinggi atau yang dimiliki oleh bank, ATPM (Agen Tunggal Pemegang Merek), maupun grup-grup besar yang memiliki reputasi yang baik. Multifinance yang tidak terafilisasi, dapat terancam tidak memiliki likuditas yang cukup.

Dia juga mengemukakan progress realisasi restrukturisasi perusahaan pembiayaan per 8 Desember 2020. Dari 180 perusahaan terdapat pengajuan permohonan restrukturisasi dari debitur yang terkait dengan dampak wabah Covid-19 dengan jumlah kontrak sebanyak 5.539.749 kontrak, total outstanding sebesar Rp167,65 triliun dan bunga sebesar Rp44,42 triliun.

“Kami sudah melakukan restrukturisasi besar-besaran sesuai imbauan pemerintah pada Maret lalu dan OJK. Yang kita alami adalah kesulitan melakukan penagihan karena adanya PSBB yang ketat, dan bahkan di beberapa daerah termasuk kepala daerah yang melarang kita mendatangi rumah debitur sehingga kami kesulitan melakukan collection,” ujarnya.


Sementara itu, Kepala Departemen IKNB 2B OJK, Bambang Budiawan menyampaikan bahwa industri pembicayaan diperkirakan akan mampu bertahan menghadapi pandemi hingga akhir tahun 2020. Diperkirakan ada sekitar 75 persen multifinance diperkirakan masih dapat bertahan sampai Maret 2021. OJK mencatat ada sekitar 12 persen dari 180 multifinance berada dalam posisi kurang sehat atau tidak sehat, baik akibat terdampak pandemi atau memang sudah bermasalah sebelumnya.

Untuk membantu perusahaan pembiayaan agar dapat bertahan di tengah pandemi ini, OJK juga memperbarui Peraturan OJK (POJK) Nomor 14 Tahun 2020. Kebijakan yang tercantum dalam POJK Nomor 14/POJK.05/2020 tentang Kebijakan Countercyclical Dampak Penyebaran Coronavirus Disease 2019 bagi Lembaga Jasa Keuangan Non Bank (LJKNB). Perubahan tersebut berlaku mulai 16 Desember 2020.

Dijelaskan, bahwa masa berlakunya kebijakan tersebut selama 1 tahun ke depan menjadi hingga 1 April 2022. “Mudahmudahan ini banyak mendorong bisnis multifinance bergairah lagi dan tumbuh positif. OJK telah mengeluarkan kebijakan stimulus yang terukur dan tepat waktu untuk menjaga momentum pemulihan ekonomi,” ujar Bambang Budiawan dalam sebuah diskusi virtual beberapa waktu lalu.

Pandemi Covid-19 memang mempengaruhi lini bisnis secara global, termasuk PT Wahana Ottomitra Multiartha Tbk (WOMF) atau WOM Finance yang terkoreksi kinerja keuangannya pada kuartal III/2020 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Hingga kuartal III/2020, perseroan tetap dapat mencatatkan laba sebelum pajak sebesar Rp86 miliar. Perseroan juga berhasil menyalurkan pembiayaan kendaraan bermotor mencapai 98.000 unit. “Tentunya akan semakin bertambah hingga akhir tahun 2020. Sedangkan penyaluran pembiayaan perseroan hingga kuartal III/2020 sebesar Rp1,8 triliun,” kata Presiden Direktur WOM Finance, Djaja Sutandar dalam Paparan Publik tahun 2020 secara virtual bulan lalu.


Di tengah tekanan yang hebat akibat pandemi Covid-19, WOM Finance telah menargetkan bakal mengucurkan pembiayaan sebesar Rp5,3 triliun pada 2021. Manajemen berharap target pembiayaan perseroan yang telah ditetapkan dapat tercapai karena adanya tren membaiknya pertumbuhan ekonomi
pascameredanya pandemi Covid-19 seiring dengan adanya ketersediaan vaksin.

Selain itu, Djaja menyampaikan bahwa perseroan telah mengimplementasikan pembaharuan teknologi informasi dan pelayanan digital untuk mendukung efektivitas dan efisiensi operasional, serta memberikan kemudahan bagi karyawan dan konsumen untuk melakukan kegiatan operasional dan bertransaksi. Diharapkan, kemudahan akses digital yang kami berikan dapat memudahkan konsumen untuk bertransaksi sehingga kegiatan operasional dapat lebih cepat dan efisien.

Memang, lanjut Djaja, target pembiayaan WOM Finance pada 2021 lebih tinggi antara 39 persen-51 persen bila dibandingkan target yang telah direvisi pada tahun ini, dari sebelumnya sebesar Rp6,5 triliun menjadi tinggal Rp2,6 triliun-Rp3,25 triliun. “Kami optimistis target yang direvisi itu dapat dicapai hingga akhir tahun. Pasalnya, kinerja perseroan per September 2020 tetap baik kendati daya beli masyarakat menurun akibat pandemi Covid-19. Kinerja yang baik itu berkat manajemen perseroan yang fokus pada program restrukturisasi, efisiensi biaya, dan mendorong lini bisnis yang memiliki profitabilitas tinggi,” jelasnya.

Dalam menyongsong tahun 2021, Djaja juga menjelaskan bahwa perseroan telah menyiapkan sejumlah strategi untuk mengoptimalkan peluang pertumbuhan. Di antaranya adalah meningkatkan penyaluran pembiayaan konsumen dengan mengembangkan program promosi yang menarik dengan tetap menjaga kualitas portofolio perusahaan. Strategi lainnya, menerapkan perbaikan proses bisnis melalui digitalisasi proses akuisisi, pembayaran digital, dan pengembangan aplikasi Kawan. “Serta meningkatkan produktivitas dan efektivitas dari tenaga pemasaran dan penagihan untuk menghasilkan kualitas portofolio yang semakin bertumbuh dan sehat,” ungkapnya.

Sementara itu, Direktur Keuangan WOMF, Zacharia Susantadiredja, menjelaskan bahwa terkoreksinya kinerja perseroan disebabkan pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang cukup ketat di Indonesia pada kuartal II/2020 yang mempengaruhi aktivitas masyarakat. Kendati demikian, menurut Zacharia, manajemen memaksimalkan beberapa strategi yang akan diterapkan hingga akhir tahun ini. Salah satu strategi tersebut adalah program restrukturisasi kredit 126.000 konsumen senilai Rp1,6 triliun sejak 1 April 2020.

Sepanjang pandemi Covid-19, konsumen disarankan agar melakukan pembayaran secara digital melalui transfer bank dan kanal pembayaran online yang telah tersedia, yakni Kantor Pos, ATM, Indomaret, dan Alfamart. Selain itu, konsumen dapat membayar angsuran berbasis kode QR di 16 e-wallet atau e-money dan 22 mobile banking yang didukung Bank Maybank Indonesia. Di samping itu, perseroan juga bekerja sama dengan beberapa marketplace, yaitu Tokopedia dan Bukalapak, agar konsumen juga dapat membayar angsuran melalui kedua platform tersebut. 

Judul Asli: Prospek Perusahaan Pembiayaan 2021, Pertumbuhan Ditargetkan 7 Persen
Penulis: Wahyu Widiastuti
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Follower

Recent Posts